- Kita harus merangkul rasa
sakit dan membakarnya untuk dijadikan sebagai energi dalam perjalanan hidup
kita (Kenji Miyazawa)
- Bertempur dan menaklukkan
musuh dalam peperangan bukanlah kehebatan paling tinggi, karena kehebatan
tertinggi terjadi ketika anda mampu menghentikan musuh tanpa perlawanan (Sun
Tzu)
- Sebuah tujuan tanpa
perencanaan hanya akan menjadi sebuah harapan (Antonie de Saint-Exupery)
- Rasa ragu-ragu hanya
dapat dikalahkan dengan tindakan (Johann Wolfgang)
- Kita memiliki mesin waktu
sendiri-sendiri. Sebagian yang membawa kita ke masa lalu, yang di sebut dengan
memori. Yang sebagian lagi membawa kita ke masa depan yang di sebut dengan
mimpi (Jeremy Irons)
- Ide brilian adalah biasa,
yang luar biasa adalah orang-orang yang bekerja keras untuk menghasilkannya
(Asleight Brilliant)
- Seorang wirausahawan
sejati adalah mereka-mereka yang memahami tipisnya perbedaan antara peluang dan
hambatan, serta mampu mengelolanya menjadi keuntungan (Niccolo Machiavelli)
- Siapa saja bisa marah,
karena marah itu mudah. Tetapi marah kepada orang yang tepat, dengan derajat
kemarahan yang tepat, pada saat yang tepat, untuk tujuan yang tepat, serta
dengan cara yang tepat itu tidak mudah (Aristoteles)
- Kawan sejati akan
mengatakan kebenaran di depanmu, bukan dibelakangmu (Sasha Azevedo)
- Janganlah takut pada masa
depan, dan jangan pula menangis untuk masa lalu (Percy Byssche Shelley)
- Cinta itu seperti gempa
bumi. Tidak dapat diprediksi, sedikit menakutkan, tapi ketika bagian yang
paling sulit telah terlewati, anda akan menyadari bahwa betapa beruntungnya
diri anda (Johnny Depp)
- Lebih baik di benci
karena apa yang anda miliki daripada disukai atas sesuatu yang tidak anda
miliki (Andre Gide)
- Anda harus bermimpi
sebelum mimpi anda menjadi sebuah kenyataan (Dr. A PJ Abdul Kalam)
- Jika pikiran saya bisa
membayangkannya, hati saya bisa meyakininya, maka saya tahu bahwa saya akan
mampu menggapainya (Jesse Jackson)
- Salah satu hal yang
paling sulit di dunia ini adalah mengakui kesalahan, dan tak ada yang lebih
membantu dalam memecahkan persoalan daripada pengakuan jujur (Benjamin
Disraeli)
''Kumpulan Kata-kata Bijak''
01. Hidup ini hanya sekali kemudian mati. Jadikanlah hidup yang
hanya sekali itu “berarti”.
02. Si Awam bertanya kepada si Bijak. Apakah rahasia kebahagiaan Anda? Si Bijak menjawab, “Saya tahu bahwa rezeki saya tidak akan diambil orang. Oleh karena itu, saya selalu tenang. Saya tahu bahwa Allah senantiasa mengawasi segala tindakanku. Oleh karena itu, saya malu berjumpa dengan-Nya dengan bergelimang dosa. Saya juga tahu bahwa kematian menantiku. Oleh karena itu, saya berusaha mempersiapkan diri dengan bekal kebaikan.”
03. Hidup adalah menanam dan memetik. Jika yang ditanam baik, insya Allah yang dipetik akan baik pula.
04. Masa muda adalah masa yang paling indah dan hanya sekali terjadi. Janganlah ia dinodai dengan sesuatu yang tidak enak dikenang pada masa tua.
05. Dalam kehidupan ini tidak ada yang bisa diandalkan, kecuali diri kita
sendiri. Bekalilah diri untuk mengarungi samudra kehidupan yang penuh dengan
badai dan gelombangnya ini.
06. Kebahagiaan tidak datang dengan sendirinya. Ia diperoleh karena ditebus
dengan penderitaan. Jika Anda tidak sanggup menderita, janganlah memimpikan
pantai bahagia.
07. Masa muda belum saatnya untuk tertawa. Andaikan pada masa muda mengumbar
tawa, pada masa tua yang tersisa hanyalah deraian air mata.
08. Kesempatan sangat mahal harganya dan sangat jarang dijumpai. Tangkaplah
pada saat ia muncul dan genggam erat-erat jangan sampai terlepas. Andaikan
terlepas, kesempatan sukar diperoleh kembali.
09. Janganlah belajar atau tugas dijadikan beban, jadikanlah ia ajang rekreasi.
Itulah rahasia untuk menghilangkan kejenuhan.
10. Harta tidak selamanya membawa kebahagiaan. Kebahagiaan hanya ada pada
orang-orang yang pandai bersyukur. Orang yang bersyukur adalah orang yang
bertakwa kepada Tuhan.
11. Harta merupakan sesuatu yang sangat baik dan juga yang sangat kejam. Ia
bisa membuat orang lain menjadi saudara, tetapi bisa juga membuat saudara
kandung menjadi orang lain. Pandai-pandailah bersikap terhadapnya.
12. Miskin harta bukan miskin namanya. Akan tetapi, miskin ilmu, miskin
wawasan, miskin kemauan, miskin perasaan, miskin kasih sayang, dan miskin iman
itulah yang sebenar-benarnya miskin.
13. Dalam hal harta, memandanglah ke bawah. Dengan demikian, akan tumbuh rasa
syukur. Akan tetapi, dalam hal ilmu atau pangkat, memandanglah ke atas karena
hal itu dapat mengikis keangkuhan dan kesombongan.
14. Memiliki uang sangat baik. Akan tetapi, jauh lebih baik jika Anda memiliki
sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang.
15. Memulai sesuatu dengan baik sangat penting. Akan tetapi, jauh
lebih penting mengakhiri sesuatu dengan baik.
16. Orang yang baik adalah orang yang selalu berusaha berbuat baik untuk orang
lain dan malu menerima kebaikan orang lain.
17. Orang yang baik adalah orang yang tahu diri dan tidak melupakan sejarah.
18. Uang bisa dicari. Akan tetapi, harga diri tidak bisa dibeli dengan uang.
19. Segala yang terjadi dalam kehidupan sulit ditebak. Takdir Allah tidak bisa
ditelusuri dengan akal.
20. Wibawa seseorang bukan terletak pada gelar atau pangkat, melainkan terletak
pada ilmu dan perilakunya.
21. Hati-hatilah dalam memberikan penilaian. Berbicara tentang nilai berarti
berbicara tentang nasib seseorang.
22. Sekarang sudah banyak orang yang pintar. Akan tetapi, sangat langka orang
yang bijak. Jadilah Anda orang yang langka itu.
Orang pintar mengatasi persoalan dengan teori, orang bijak
mengatasi persoalan dengan iman dan akal.
23. Kehidupan ini penuh dengan misteri. Agar dapat menggapai sukses, genggamlah
berbagai macam misteri kehidupan.
24. Sesuatu yang sudah berlalu biarkanlah berlalu, biarkan ia musnah ditelan
waktu. Bukalah lembaran baru. Isi hidup ini dengan cerita-cerita baru dan
kisah-kisah yang baru pula. Ingatlah! Sesuatu yang sudah berlalu tidak mungkin
berulang. Andaikan ia berulang, bentuk dan suasananya sudah berbeda.
25. Air mata sangat mahal harganya. Jagalah jangan sampai ia menitik tidak pada
tempatnya.
26. Adakalanya, kesepian bisa mendatangkan kebahagiaan tersendiri.
Pandai-pandailah menyepi. Lebih baik menyendiri, tetapi melakukan sesuatu yang
bermanfaat daripada berkumpul untuk menggunjing. Menjauhlah dari orang yang
suka menggunjing.
27. Walaupun hancur rasa di hati, di muka janganlah tampak. Ingatlah! Orang bijak adalah orang yang bisa tersenyum dalam
menghadapi fitnah dan gunjingan.
28. Berhati-hatilah berkata. Kalau pedang melukai tubuh masih ada harapan untuk
sembuh. Akan tetapi, kalau lidah melukai hati, ke mana obat hendak dicari.
29. Membalas kejahatan dengan kebaikan merupakan sesuatu yang sangat berat
dilakukan. Akan tetapi, hal itu merupakan salah satu sifat orang bijak dan merupakan perbuatan yang sangat terpuji.
30. Dalam menilai seseorang janganlah hanya melihat sesuatu yang tampak di
luar. Adakalanya, kilat tembaga tampak seperti emas dan tidak jarang pula
sesuatu yang tampak hitam di luar ternyata putih di dalam.
31. Andaikan Anda menjumpai sesuatu yang “pahit” janganlah
cepat-cepat dimuntahkan. Mungkin sesuatu yang “pahit” itu adalah obat.
Sebaliknya, andaikan menjumpai sesuatu yang “manis” janganlah cepat-cepat
ditelan. Mungkin di balik yang “manis” itu terselip racun berbisa yang dapat
mencelakakan.
32. Teman tertawa mudah diperoleh. Akan tetapi, teman menangis sukar didapat.
Bersahabatlah dengan orang yang sukar didapat itu.
33. Ada dua hal yang perlu diingat dan dua hal pula yang perlu dilupakan.
Pertama, ingatlah selalu kebaikan orang lain terhadap kita, tetapi lupakanlah
kebaikan kita terhadap orang lain. Kedua, ingatlah selalu kejahatan kita
terhadap orang lain, tetapi lupakanlah kejahatan orang lain terhadap kita.
34. Dunia ini aneh adanya; kalau hidup sengsara, sering dihina; kalau hidup senang,
sering difitnah. Pandai-pandailah bersikap.
35. Pandai-pandailah merahasiakan sesuatu yang sifatnya patut dirahasiakan.
Ingatlah! Kasih teman selagi baik, kasih saudara selagi “ada”, hanya kasih ayah
dan bunda yang tiada bertepi.
36. Andaikan terlampau mudah memaafkan orang yang telah “melukai” hati, Anda
akan disepelekan orang. Akan tetapi, orang yang tidak mau memaafkan kesalahan
orang yang telah meminta maaf adalah orang yang sangat tercela.
37. Kekerasan hati hanya dapat diluluhkan dengan kelembutan. Jika “keras”
berjumpa dengan “keras”, api yang akan timbul.
38. Perlakukanlah dengan baik orang yang telah “melukai” hati Anda. Suatu saat
niscaya ia akan meminta maaf.
39. Jika datang ke suatu tempat, datanglah dengan baik-baik dan jika akan
berpisah, tinggalkanlah sesuatu yang indah untuk dikenang.
40. Hati-hatilah berkata. Jika kata melukai
hati meskipun sembuh akan tetap berbekas.
41. Hati-hatilah bicara. Rangkaian kata
yang diungkapkan akan menunjukkan siapa Anda sebenarnya.
42. Janganlah sekali-kali melupakan sejarah (jasmerah). Andaikan “sudah memakai
sepatu”, janganlah melupakan “rumput di bumi”.
43. Di dunia ini tidak ada orang yang senang melihat kita hidup bahagia,
kecuali ayah dan bunda yang melahirkan kita. Pandai-pandailah berbakti kepada mereka.
Ingatlah! Ridho Allah berkat ridho orang tua dan murka Allah karena murka orang
tua jua.
44. Dalam melakukan sesuatu, usahakan agar orang “terpukau” melihat hasilnya.
Andaikan tidak bisa, usahakan agar hasilnya tidak mengecewakan.
45. Memberikan nasihat kepada orang yang “sedang tidur” merupakan
perbuatan yang sia-sia. Akan tetapi, andaikan bisa “membangunkan orang yang
sedang tidur”, tindakan Anda akan dikenang sepanjang masa.
46. Janganlah sekali-kali melangkah sebelum jelas titik yang akan dituju.
Melangkah tanpa tujuan yang jelas sama halnya dengan orang gila.
47. Dalam segala hal, jangan tanggung-tanggung. Gantungkanlah cita-cita
setinggi bintang di langit dan usahakan semaksimal mungkin untuk menggapainya.
Akan tetapi, janganlah lupa bahwa takdir Allah di atas segalanya.
48. Pandai-pandailah bersahabat dengan waktu karena keberhasilan hidup banyak
bergantung padanya.
49. Berlakulah adil terhadap waktu: waktu untuk Allah, waktu untuk diri
sendiri, waktu untuk belajar, waktu untuk karier, waktu untuk keluarga, dan
waktu untuk masyarakat.
50. Andaikan ingin menjadi pendidik yang baik, jadilah Anda pendidik yang
dibenci siswa.
51. Dalam belajar janganlah melihat siapa yang mengajar, tetapi simaklah
sesuatu yang diajarkannya. Kebenaran itu tetap kebenaran jua namanya meskipun
ia keluar dari mulut pengemis buta.
52. Kegagalan merupakan awal keberhasilan. Tiada keberhasilan tanpa
pengorbanan. Orang yang berhasil adalah orang yang tidak mengenal putusasa.
Putusasa hanya ada pada orang-orang yang tidak beriman.
53. Pandai-pandailah bersikap dalam bermasyarakat. Ingatlah! Semakin banyak
orang yang senang pada Anda, semakin banyak pula orang yang benci. Hal itu
merupakan sunnatullah.
54. Hati-hatilah berjanji karena janji merupakan ukuran keluhuran budi.
55. Dalam menerima janji janganlah terpukau pada kata yang diucapkan. Akan tetapi, tataplah apa yang
matanya pancarkan. Ingatlah bahwa bahasa hati lebih dapat dipercaya daripada
bahasa lisan.
56. Berkata jujur memerlukan keberanian. Adakalanya, kejujuran tidak
menyenangkan orang.
57. Tidak selamanya “keterbukaan” berakhir dengan baik. Akan tetapi,
sejelek-jelek “keterbukaan” masih jauh lebih baik daripada menyembunyikan
sesuatu yang “hitam”.
58. Di samping kelebihannya, setiap orang memiliki kelemahan. Jika ingin
“menguasai” seseorang, temukan kelemahannya kemudian genggam erat-erat.
59. Hakikat keberanian bukanlah berani berkelahi, melainkan berani mengemukakan
kebenaran meskipun harus menentang arus dan banyak risiko.
60. Dalam memberikan keputusan, janganlah kaku. Ingatlah, keputusan Allah pun
masih ada kecualinya.
61. Cinta itu suci, dimiliki oleh setiap orang, dan merupakan
sesuatu yang asasi. Ia tidak bisa dibeli dengan uang, tidak bisa ditukar dengan
harta, dan tidak bisa dipaksakan. Janganlah sekali-kali mencampuri urusan
percintaan seseorang.
62. Habiskan seluruh waktu Anda untuk bercinta: cinta kepada Allah, cinta
kepada diri sendiri, cinta kepada keluarga, cinta kepada masyarakat, cinta
kepada bangsa, cinta kepada tanah air, dan cinta kepada sesama makhluk.
63. Mencintai seseorang bukan berarti harus memiliki. Belum sempurna iman
seseorang jika ia belum dapat mencintai sesamanya seperti ia mencintai dirinya
sendiri.
64. Janganlah terpukau dengan kemewahan yang dimiliki. Ingatlah! Maut, jodoh,
dan rezeki, berada dalam genggaman Allah. Hari ini Anda tertawa karena berjumpa
dengan suka. Siapa tahu hari esok menitikkan air mata karena berjumpa dengan
duka. Dalam segala keadaan, jangan lupakan Allah.
65. Guru yang baik adalah guru yang selalu berusaha agar muridnya lebih pandai
dan lebih berhasil daripadanya.
66. Ingatlah! Di balik keberhasilan yang diraih, terselip tetesan keringat guru
Anda. Ilmu yang dimiliki tidak akan berkah jika durhaka kepada mereka.
67. Tidak selamanya jalan kehidupan yang ditempuh mulus. Adakalanya kita
berjumpa dengan jalan yang enak dilalui, laksana jalan raya terhampar bunga di
kiri-kanannya, harum semerbak di mana-mana. Akan tetapi, adakalanya kita
bertemu dengan jalan yang bergelombang, jurang yang dalam, dan tebing yang
terjal. Adakalanya kita tertawa terkekeh-kekeh karena berjumpa dengan suka,
tetapi adakalanya kita menitikkan air mata karena bertemu dengan duka. Hal itu
merupakan sesuatu yang dialami oleh setiap orang dan itulah romantika hidup.
Andaikan terjerumus ke lembah duka, cepat bangkit dan berusahalah untuk
tersenyum. Ingatlah, tangis tidak dapat menyelesaikan permasalahan. Mintalah
petunjuk kepada Allah, istiqfar, dan berusahalah dengan sabar. Allah sangat
menyayangi orang-orang yang sabar.
68. Tiada kesulitan yang tiada berakhir, tiada penderitaan yang tiada berujung.
Usahakanlah agar dapat keluar dari kesulitan dan penderitaan tanpa meninggalkan
sesuatu yang tidak enak untuk dikenang.
69. Kecewa merupakan sesuatu yang sangat menyakitkan. Andaikan tidak bisa
membuat orang bahagia, usahakanlah agar tidak membuat kecewa.
70. Orang yang bisa tersenyum pada saat ia dihempaskan oleh “badai
penderitaan”, itulah yang dinamakan orang beriman.
71. Hancur badan dikalang tanah, budi baik terkenang jua. Taburkanlah budi baik
sebanyak mungkin, niscaya Anda akan tetap dikenang meskipun telah tiada.
72. Janganlah gentar terhadap gunjingan orang. Emas tetap emas namanya meskipun
ia terbenam di lumpur.
73. Jika ingin menggapai sukses, pandai-pandailah mengantisipasi
segala kemungkinan yang bakal terjadi.
74. Kepercayaan tidak ternilai harganya dan jarang dijumpai. Jika mendapat
kepercayaan, rawatlah baik-baik agar tidak sirna ditelan tamak dan khianat.
75. Sepanjang kepercayaan tidak lagi bersemi di hati, takkan pernah ada damai
bersenandung.
76. Berawal dari manisnya kata, kadangkala
orang hanyut dan terdampar di muara duka.
77. Kemuliaan seseorang bukan karena mendapat sesuatu, melainkan karena memberi
sesuatu.
78. Kemuliaan tidak melekat pada gelar, jabatan, atau pakaian, tetapi pada akhlak.
79. Penghargaan atau pujian adalah suatu ujian. Orang memuji karena kekurangan
kita ditutupi Allah.
80. Hati-hati bertindak. Orang sering berkesimpulan dari sesuatu yang dilihat,
bukan dari sesuatu yang ada di hati.
81. Allah tidak melihat jazad, tetapi melihat hati. Cara agar rendah hati:
jangan pernah beranggapan bahwa orang lain lebih rendah daripada kita.
82. Berduka karena ditimpa musibah adalah hal yang wajar. Akan tetapi, jika
larut dalam duka artinya “menentang takdir”.
83. Bertakwalah kepada Allah dan berbaktilah kepada orang tua. Ingatlah! Orang
yang pertama kali menyayangi Anda adalah orang tua. Sejak Anda dikenangkan
terjadi, mereka telah mencucurkan kasih sayangnya. Ridho Allah berkat ridho
orang tua dan murka Allah karena murka orang tua jua.
84. Sudah ditakdirkan Allah bahwa orang tua menjadi “muara duka” para anaknya.
85. Jadikanlah pernikahan Anda menjadi tempat berlabuh dua buah hati yang
damai. Ingatlah! Yang menikah Anda berdua, tetapi pada hakikatnya yang kawin
adalah dua keluarga besar. Janganlah dinodai hubungan dua keluarga besar yang
sudah terjalin.
86. Renungan sang suami:
Istri yang Anda nikahi tidaklah semulia Siti Khodijah, tidaklah setakwa Aisyah, tidak setabah Fatimah, dan tidak pula sepatuh Mutiah. Istri Anda hanyalah seorang wanita akhir zaman yang mempunyai cita-cita menjadi soleha.
Pernikahan akan melahirkan kewajiban bersama:
Istri menjadi tanah, Andalah langit penaungnya.
Istri menjadi ladang tanaman, Andalah pemagarnya.
Istri menjadi murid, Andalah mursyidnya.
Istri bagaikan anak kecil, Andalah tempat bermanjanya.
Saat istri menjadi madu, teguklah sepuasnya.
Saat istri menjadi racun, Andalah penawar bisanya.
Andaikan istri tulang yang bengkok, hati-hatilah meluruskannya. Karena memiliki istri yang tidak sehebat mana, justru membuat Anda tersentak dari alpa.
Istri yang Anda nikahi tidaklah semulia Siti Khodijah, tidaklah setakwa Aisyah, tidak setabah Fatimah, dan tidak pula sepatuh Mutiah. Istri Anda hanyalah seorang wanita akhir zaman yang mempunyai cita-cita menjadi soleha.
Pernikahan akan melahirkan kewajiban bersama:
Istri menjadi tanah, Andalah langit penaungnya.
Istri menjadi ladang tanaman, Andalah pemagarnya.
Istri menjadi murid, Andalah mursyidnya.
Istri bagaikan anak kecil, Andalah tempat bermanjanya.
Saat istri menjadi madu, teguklah sepuasnya.
Saat istri menjadi racun, Andalah penawar bisanya.
Andaikan istri tulang yang bengkok, hati-hatilah meluruskannya. Karena memiliki istri yang tidak sehebat mana, justru membuat Anda tersentak dari alpa.
87. Renungan sang istri:
Suami yang Anda miliki tidaklah semulia Muhammad saw., tidaklah setakwa Ibrahim, tidaklah sesabar Ayub ataupun segagah Musa, apalagi setampan Yusuf. Suami Anda adalah pria akhir zaman yang punya cita-cita membentuk keturunan yang saleh.
Pernikahan melahirkan kewajiban bersama:
Suami menjadi pelindung, Anda penghuninya.
Suami menjadi nakhkoda, Anda nafigatornya.
Suami bagaikan balita nakal, Anda penuntun kenakalannya.
Saat suami menjadi raja, nikmati anggur singgasananya.
Saat suami menjadi bisa, Andalah penawarnya.
Andaikan suami masinis yang lancang, sabarlah memperingatinya.
Anda bukanlah Siti Khodijah yang begitu sempurna dalam menjaga, juga bukanlah Siti Hajar yang begitu setia dalam sengsara. Anda hanyalah istri akhir zaman yang berusaha menjadi istri soleha. Pernikahan mengisyaratkan perlunya iman dan takwa, untuk belajar meniti sabar dan ridho Allah swt.
Suami yang Anda miliki tidaklah semulia Muhammad saw., tidaklah setakwa Ibrahim, tidaklah sesabar Ayub ataupun segagah Musa, apalagi setampan Yusuf. Suami Anda adalah pria akhir zaman yang punya cita-cita membentuk keturunan yang saleh.
Pernikahan melahirkan kewajiban bersama:
Suami menjadi pelindung, Anda penghuninya.
Suami menjadi nakhkoda, Anda nafigatornya.
Suami bagaikan balita nakal, Anda penuntun kenakalannya.
Saat suami menjadi raja, nikmati anggur singgasananya.
Saat suami menjadi bisa, Andalah penawarnya.
Andaikan suami masinis yang lancang, sabarlah memperingatinya.
Anda bukanlah Siti Khodijah yang begitu sempurna dalam menjaga, juga bukanlah Siti Hajar yang begitu setia dalam sengsara. Anda hanyalah istri akhir zaman yang berusaha menjadi istri soleha. Pernikahan mengisyaratkan perlunya iman dan takwa, untuk belajar meniti sabar dan ridho Allah swt.
88. Perempuan berasal dari tulang rusuk. Pandai-pandailah menempanya. Andaikan
dibiarkan menurut maunya, ia bengkok. Jika dikerasi, ia patah.
89. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Menangislah pada saat perpisahan
andaikan pada saat pertemuan, Anda tidak bisa menciptakan sesuatu yang indah
untuk dikenang.
90. Buku adalah gudang ilmu. Membaca adalah kuncinya.
91. Membaca tanpa dapat mengungkapkan sesuatu yang dibaca sama halnya dengan
tidak berbuat apa-apa.
92. Hati-hatilah menulis. Tulisan Anda akan menunjukkan siapa Anda sebenarnya.
93. Jika tidak mampu hidup seperti beringin yang kokoh kuat, jadilah Anda
belukar, tetapi belukar yang menyuburkan tanah.
94. Jika tidak mampu hidup seperti jalan raya beraspal, jadilah Anda jalan
setapak, tetapi jalan setapak yang menuju mata air
95. Jangan sekali-kali meminta buah mangga kepada pohon rambutan, tetapi
jadikanlah setiap pohon menghasilkan buah yang manis.
96. Jika Anda ingin sukses, dirikanlah rumah di puncak gunung berapi.
97. Hidup adalah berjuang. Perjuangan memerlukan pengorbanan. Jika Anda
tidak sanggup berkorban, janganlah berjuang. Jika Anda tidak mau berjuang,
berhentilah hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar